MERIKA SERIKAT - Gadis ini sering kali di
bully, ditinggalkan
orangtuanya, dan tidak memiliki rumah. Dwan Loggins, siswa tahun
terakhir di Burns High School membuktikan, dia mampu menembus ketatnya
persaingan Harvard University di tengah semua nestapa yang dialaminya.
Cewek
18 tahun itu mengingat, tingkat SMP adalah masa ketika dia tinggal
bersama sang nenek yang tidak pernah mandi. Nenek Loggins juga tidak
pernah menyuruhnya mandi. Bahkan, Loggins bisa lupa menyisir rambutnya
hingga berhari-hari.
Pakaian yang dimilikinya hanyalah dua gaun,
dan dia menyukai gaun burgundy bermotif garis-garis dengan ornamen
bunga hitam dijahit di bagian bawah gaun. Demikian seperti dilaporkan
Cleveland's Shelby Star dan dilansir
Edvantage, Rabu (12/12/2012).
Tidak
pelak, ketidakbersihan dan terbatasnya baju yang dimiliki Loggins
membuat siswa lain di sekolahnya jijik. Dan akhirnya menyeret Loggins
sebagai target bullying di sekolah. Gadis-gadis lain akan menggoda murid
pria tampan dengan mengatakan bahwa Dawn menyukai mereka.
Akhirnya,
untuk berdamai dengan keadaan seperti itu, Loggins selalu diam.
Kebisuan ini pun mendorong teman-temannya memanggil Loggins, "bodoh".
Tetapi Loggins tidak pernah menyerah dan bekerja keras untuk keluar dari
lingkaran yang menakutkan itu.
"Ketika muda, saya memperhatikan
keluarga saya dan melihat penolakan di mana-mana, ketergantungan obat,
dan berbagai pilihan buruk. Saya juga melihat keluarga saya hidup dari
satu slip gaji ke slip gaji lainnya. Saya pun membuat keputusan, saya
tidak akan berakhir seperti keluarga saya," ujar Loggins.
Hari-hari
Loggins membaik ketika dia memasuki masa SMA. Guru pendampingnya di
Burns High School, Robyn Putnam, menyadari bahwa ada yang spesial di
diri Loggins ketika meneliti transkrip nilainya. Loggins selalu meraih
nilai bagus (straight A) dengan catatan pindah sekolah yang sangat
sering.
Putnam dan staf sekolah lainnya, termasuk dokter gigi,
membantu Loggins secara finansial semampu mungkin agar Loggins mampu
menyelesaikan sekolah. Loggins juga melakukan bagiannya dengan bekerja
sebagai pegawai pembersih di sekolah. Dia akan bekerja selama dua jam
sebelum sekolah dimulai dan dua jam lagi setelah sekolah usai. Jika
tugas bebersihnya rampung, dia akan pulang ke rumah temannya untuk
menyelesaikan tugas sekolah dan belajar.
Ketika tiba waktunya
mendaftar kuliah, Loggins tidak yakin apa yang harus dilakukannya.
Orangtua siswa lainnya, Carol Rose, membantu Loggins dalam proses
aplikasi kuliah. Loggins memilih North Carolina State University,
Davidson College, dan University of North Carolina. Tetapi dia tidak
percaya diri untuk melamar ke Harvard University. Butuh banyak bujukan
dari Rose sebelum Loggins akhirnya menekan tombol "kirim" dalam
aplikasinya ke Harvard.
Awal tahun ini, Loggins menerima jawaban
positif dari semua kampus yang dilamarnya. Tapi dia tetap menunggu
sampai Maret untuk kampus yang paling diimpikannya.
Pada Maret
2012, Loggins menerima surat dari harvard yang berbunyi, "Yth. Nona
Loggins, kami dengan senang hati menyampaikan bahwa Panitia Penerimaan
menerima Anda untuk menjadi mahasiswa Harvard College angkatan 2016.
Kami mengirimkan surat ini kepada para kandidat dengan prestasi sangat
gemilang, ..."
Tidak hanya itu, Harvard juga akan memberi bantuan
finansial yang akan menjamin biaya studi, asrama, dan kebutuhan lain
untuk Loggins. Harvard juga akan mencarikannya pekerjaan di lingkungan
kampus. Loggins memilih studi tentang habitat hewan di Harvard.
(rfa)
Sumber: www.okezone.com