Selasa, 11 Desember 2012

Gadis "Bodoh" Korban Bullying jadi Mahasiswa Harvard

Dawn Loggins menunjukkan surat penerimaan dari Harvard College. (Foto: Edvantage)


MERIKA SERIKAT - Gadis ini sering kali dibully, ditinggalkan orangtuanya, dan tidak memiliki rumah. Dwan Loggins, siswa tahun terakhir di Burns High School membuktikan, dia mampu menembus ketatnya persaingan Harvard University di tengah semua nestapa yang dialaminya.

Cewek 18 tahun itu mengingat, tingkat SMP adalah masa ketika dia tinggal bersama sang nenek yang tidak pernah mandi. Nenek Loggins juga tidak pernah menyuruhnya mandi. Bahkan, Loggins bisa lupa menyisir rambutnya hingga berhari-hari.

Pakaian yang dimilikinya hanyalah dua gaun, dan dia menyukai gaun burgundy bermotif garis-garis dengan ornamen bunga hitam dijahit di bagian bawah gaun.  Demikian seperti dilaporkan Cleveland's Shelby Star dan dilansir Edvantage, Rabu (12/12/2012).

Tidak pelak, ketidakbersihan dan terbatasnya baju yang dimiliki Loggins membuat siswa lain di sekolahnya jijik. Dan akhirnya menyeret Loggins sebagai target bullying di sekolah. Gadis-gadis lain akan menggoda murid pria tampan dengan mengatakan bahwa Dawn menyukai mereka.

Akhirnya, untuk berdamai dengan keadaan seperti itu, Loggins selalu diam. Kebisuan ini pun mendorong teman-temannya memanggil Loggins, "bodoh". Tetapi Loggins tidak pernah menyerah dan bekerja keras untuk keluar dari lingkaran yang menakutkan itu.

"Ketika muda, saya memperhatikan keluarga saya dan melihat penolakan di mana-mana, ketergantungan obat, dan berbagai pilihan buruk. Saya juga melihat keluarga saya hidup dari satu slip gaji ke slip gaji lainnya. Saya pun membuat keputusan, saya tidak akan berakhir seperti keluarga saya," ujar Loggins.

Hari-hari Loggins membaik ketika dia memasuki masa SMA. Guru pendampingnya di Burns High School, Robyn Putnam, menyadari bahwa ada yang spesial di diri Loggins ketika meneliti transkrip nilainya. Loggins selalu meraih nilai bagus (straight A) dengan catatan pindah sekolah yang sangat sering.

Putnam dan staf sekolah lainnya, termasuk dokter gigi, membantu Loggins secara finansial semampu mungkin agar Loggins mampu menyelesaikan sekolah. Loggins juga melakukan bagiannya dengan bekerja sebagai pegawai pembersih di sekolah. Dia akan bekerja selama dua jam sebelum sekolah dimulai dan dua jam lagi setelah sekolah usai. Jika tugas bebersihnya rampung, dia akan pulang ke rumah temannya untuk menyelesaikan tugas sekolah dan belajar.

Ketika tiba waktunya mendaftar kuliah, Loggins tidak yakin apa yang harus dilakukannya. Orangtua siswa lainnya, Carol Rose, membantu Loggins dalam proses aplikasi kuliah. Loggins memilih North Carolina State University, Davidson College, dan University of North Carolina. Tetapi dia tidak percaya diri untuk melamar ke Harvard University. Butuh banyak bujukan dari Rose sebelum Loggins akhirnya menekan tombol "kirim" dalam aplikasinya ke Harvard.

Awal tahun ini, Loggins menerima jawaban positif dari semua kampus yang dilamarnya. Tapi dia tetap menunggu sampai Maret untuk kampus yang paling diimpikannya.

Pada Maret 2012, Loggins menerima surat dari harvard yang berbunyi, "Yth. Nona Loggins, kami dengan senang hati menyampaikan bahwa Panitia Penerimaan menerima Anda untuk menjadi mahasiswa Harvard College angkatan 2016. Kami mengirimkan surat ini kepada para kandidat dengan prestasi sangat gemilang, ..."

Tidak hanya itu, Harvard juga akan memberi bantuan finansial yang akan menjamin biaya studi, asrama, dan kebutuhan lain untuk Loggins. Harvard juga akan mencarikannya pekerjaan di lingkungan kampus. Loggins memilih studi tentang habitat hewan di Harvard.(rfa)


Sumber: www.okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar